preload
Bagi kebanyakan orang, Mbah Surip adalah fenomena. Kemunculannya yang tiba2 diikuti juga dengan berita kematiannya yang tidak kalah "meledak" langsung menarik perhatian. Lagu sederhana yang akhirnya membuat banyak orang terbius karena ke"aneh"annya. Bahkan sebenarnya tidak banyak orang yang tau kalau lagu itu dibuat lebih dari 25 tahun yang lalu. Sebagian orang menganggap lagu " Tak Gendong " menemukan momen yang tepat disaat orang-orang sudah bosan disuguhi lagu yang seragam, itu-itu saja, dan yang paling penting adalah "lagu yang mendayu-dayu"!. Sebagian menganggap itu hanyalah kesuksesan produser untuk membaca pasar. Ada juga yang menganggap penampilan unik Mbah Surip adalah faktor utamanya. Padahal sebenarnya masyarakat tidak tahu bagaimana susahnya seorang Mbah Surip untuk membangun karirnya. Tidak cukup dengan 5 atau 10 tahun, tetapi lebih dari 25 tahun Mbah Surip meniti karirnya. Memang Mbah Surip pernah bilang akan membeli sebuah Helikopter dengan uang hasil penjualan lagu dan albumnya. Tapi saya yakin beliau tidak akan melakukannya. Malah dengan pernyataan tersebut saya bisa melihat sosok Mbah Surip yang sangat sederhana yang tidak peduli dengan seberapa banyak uang yang bakal diperolehnya. Melihat kehidupan sederhana Mbah Surip tersebut, jadi teringat pada banyak anak muda yang begitu terobsesi pada kepopuleran dan kekayaan yang menyertainya. Sudah menjadi rahasia umum kalau saat ini banyak sekali band-band orbitan. Yang merasa dirinya sudah siap terkenal dengan bergelimang uang tanpa memperhatikan sisi kualitas musik mereka.
Sebuah motivasi yang keliru mengingat kepopuleran adalah hasil dari sebuah proses yang panjang. Kepopuleran adalah akibat bukan sebab, yang untuk meraihnya kita mesti bekerja keras, mengalami jatuh bangun, bahkan sering kali sampai berdarah-darah (kaLo kaTa voKalisKu ni dh terMasuk LEBAYY!!he.,,). Dalam kasus seperti Mbah Surip tersebut merupakan suatu proses yang panjang.
Sayangnya banyak anak muda yang tidak mengerti dengan proses ini. Mereka maunya serba instan. Punya banyak uang, buat lagu, langsung jadi hits, setelah itu langsung menghilang tanpa kabar. Mereka pikir apa yang sekarang diperoleh D'Masiv, The Changcuters, adalah anugerah yang jatuh dari langit. Tapi itu bukanlah yang terburuk. Yang paling memprihatinkan adalah banyak band baru yang menjadi copycat band yang sedang naik daun. Akibatnya musik kita hanya menjadi seragam, semuanya melow dengan cengkok melayu yang kental dan lirik yang mendayu-dayu!!!. Saya tidak bilang musik seperti ini jelek, tapi keseragaman hanya akan mematikan krativitas, yang jelas berdampak pada musik Indonesia.
Karena sudah puas menjadi peniru dan terkenal, mereka jadi lembek, enggan berlatih dan mengeksplor ide-ide yang baru. Dulu banyak para pemain band sebelum manggung, di backstage mereka saling melakukan pemanasan agar tidak kagok waktu tampil di panggung. Siapa tahu waktu melemaskan jari mereka menemukan variasi permainan baru. Sekarang pemandangan seperti ini sudah jarang terlihat. Banyak pemain band yang lebih senang menghabiskan waktu dengan mengobrol atau menyendiri sambil membayangkan bulan jatuh. Sayang sekali...,,

By : DnA & AM

About Me